Minggu, 11 Februari 2024

SISTEM IRIGASI






SISTEM IRIGASI – TEKNIK IRIGASI



Air beserta sumber-sumbernya merupakan kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh hajat hidup manusia, oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat banyak. Secara konstituonal wewenang penguasaan air diatur oleh Negara yang dinyatakan dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3. Dalam ruang lingkupnya, di Indonesia pengembangan dan pengelolaan irigasi dan drainase pada umumnya ditujukan untuk keperluan tanaman padi di daerah persawahan, baik dimusim hujan maupun kemarau. 
Berdasarkan sejarahnya, perkembangan irigasi-irigasi di indonesia diperkirakan baru berlangsung sejak lebih 1000 tahun yang lampau pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa dimulai dari sistem irigasi secara tradisional. Salah satu peninggalan yang masih ada yaitu irigasi Subak di Bali dan irigasi-irigasi kecil di Jawa. Sistem irigasi modern diperkirakan dimulai pada pertengahan abad XIX sebagai upaya mengatasi kelaparan yang terjadi di Jawa Tengah. 
Perkembangan irigasi secara pesat terjadi pada permulaan abad XX setelah dikumandangankannya politik etik oleh pemerintah jajahan dan ditemukannya tekonologi irigasi di dataran rendah. Pada tahun 1871 dibentuk sebuah komisi yang diketuai oleh R. De Bruyn, bekas Direktur Jendral BOW (Burgelijke Openbare Werken) dengan tujuan untuk mempersiapkan pembangunan irigasi secara besar-besaran. Pada 1889 mulai diresmikan berdirinya Afdeling Serayu Komisi de Bruyn juga mengusulkan dibentuknya dinas ekploitisi untuk mengelola sungai dan sumber daya air lainnya termasuk untuk irigasi dan drainase. Pada tahun 1890 dibuat suatu rencana besar pembangunan irigasi (workplan 1890) untuk mengairi areal irigasi seluas 577.000 bau (409.670 ha) di Jawa dengan perkiraan biaya sebesar 35.525.000 gulden. 
Pada tahun 1905 dibentuk komisi untuk memajukan kegunaan dan rehabilitasi dari pekerjaan irigasi yang telah dibangun terutama kaitannya dengan pertanian.Inspektur pertanian menjadi anggota resmi komisi tersenut. Pada tahun 1906 dibentuk komisi untuk mempersiapkan retribusi dan sumbangan tetap dari perkebunan untuk membantu pembiayaan petugas dalam mengawasi pelaksanaan pembagian air. Kedua komisi tersebut pada tahun 1916 dilebur menjadi komisi untuk mengurus masalah irigasi di Jawa dan Madura yang merupakan cikal bakal panitia irigasi yang dibentuk pada tahun 1920. pada tahun 1928 mulai ditetapkan penggolongan irigasi-irigasi dengan mempraktekkan pergiliran jadwal tanam dan pergiliran antar golongan tanam. Pada tahun 1936 mulai diberlakukan peraturan umum tata air (Het algemen water reglement). Namun pada saat pecahnya perang pasifik di perang dunia II yaitu ketika masa kependududukan jepang dan masa perang kemerdekaan pembangunan dan pengelolaan atau operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi praktis terhenti sama sekali. Hingga akhirnya pada akhir Pelita III (1984/1985) pembangunan pengairan berhasil mengupayakan total luas panen padi 9,6 juta ha dari total sawah beririgasi 4,6 juta ha.

Irigasi memiliki macam-macam jenisnya, ada yang dibedakan berdasarkan status jaringan, berdasarkan tingkat teknis, berdasarkan aplikasi air, berdasarkan sumber air, berdasarkan teknis pemberian air dan berdasarkan tujuan penggunaan air.

A. Berdasarkan status jaringannya, irigasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
  1. Irigasi Pemerintah, irigasi yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah;
  2. Irigasi Desa, irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa; dan
  3. Irigasi Swasta, irigasi yang dibangun dan dikelola oleh swasta atau perseorangan untuk keperluannya sendiri.



B. Berdasarkan tingkat teknisnya, irigasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
  1. Irigasi Teknis, merupakan jaringan irigasi dimana airnya diatur dan dapat diukur;
  2. Irigasi Setengah Teknis, merupakan jaringan irigasi yang airnya dapat diatur tetapi tidak dapat diukur;
  3. Irigasi Sederhana, merupakan jaringan irigasi yang tidak dilengkapi bangunan ukur maupun pintu.

C. Berdasarkan aplikasi air, irigasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
  1. Irigasi Genangan, merupakan cara pemberian air dengan cara menggenangi lahan tempat tanaman tumbuh;
  2. Irigasi Springkler, merupakan cara pemberian air dengan cara menyiram tanaman;
  3. Irigasi Tetes (drip), merupakan cara pemberian air dengan cara meneteskan.



D. Berdasarkan sumber air, irigasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
  1. Irigasi Air Permukaan, merupakan irigasi yang sumber airnya dari air yang mengalir diatas permukaan tanah seperti sungai, danau atau waduk. Irigasi air permukaan terbagi menjadi lima golongan yaitu, irigasi alur, irigasi gelombang, irigasi penggenangan petak jalur, irigasi genangan, dan sistem irigasi di bawah permukaan tanah;
  2. Irigasi Air Tanah, merupakan irigasi yang sumber airnya dari air yang berada di bawah permukaan tanah;
  3. Sawah Tadah Hujan, merupakan irigasi yang sumber airnya dari air hujan yang sengaja ditampung dalam waktu yang lama pada pemantang-pemantang sawah untuk memberikan air ke lahan yang memerlukan air sebagai pelengkap pemberian air oleh hujan.


E. Berdasarkan teknis pemberian air, irigasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
  1. Gravitasi Air Permukaan, merupakan sistem irigasi yang pengaliran air dan sumbernya ke lapangan menggunakan metode gravitasi, dan sumber airnya berasal dari air permukaan yang pengambilan airnya menggunakan bending, waduk, bangunan penangkap, pengambilan bebas atau pompa air; dan
  2. Bertekanan, merupakan sistem irigasi yang pengaliran airnya dilakukan dengan cara disiram atau ditetes. Sistem irigasi bertekanan dilakukan dengan tiga cara yaitu, dilakukan dengan gembor, dilakukan dengan springkel, dan dilakukan dengan tetesan air.



F. Berdasarkan tujuan penggunaan air, irigasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
  1. Irigasi Persawahan, merupakan irigasi untuk memberi air ke sawah atau lahan tanaman lainnya;
  2. Irigasi Tambak, merupakan jaringan irigasi untuk mengalirkan air bagi pertambakan. Irigasi mikro merupakan sistem irigasi yang mengaplikasikan air disekitar perakaran tanaman. Irigasi mikro terdiri dari tiga jenis, yaitu: irigasi tetes, microsprray, dan mini-sprinkler.




Sumber : Modul Pelatihan Operasi & Pemeliharaan Irigasi Tingkat Juru

https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/247/pengetahuan-umum-teknik-irigasi

Foto : Google



Tidak ada komentar:

Posting Komentar